12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia
Pada 10 November mendatang, bangsa
Indonesia kembali memperingati Hari Pahlawan. Momentum ini tepat untuk
mengingat kembali sosok-sosok pimpinan gerakan perjuangan demi
kemerdekaan bangsa, dimana berkat mereka akhirnya kemerdekaan indonesia
dapat diraih meskipun harus mengorbankan keringat dan darah.
Sehingga kemerdekaan dari tangan para penjajah, Belanda dan Jepang ini sendiri tak lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa.
Cerita kepahlawanan mereka pun masih dikenang hingga saat ini. Oleh
karenanya dalam rangka turut mengenang para pahlwan pahlawan nasional
bangsa, kali ini akan kami sajikan 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia.
12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia
1. Sukarno
Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada
tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Ir. Soekarno |
Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama,
Soekarno juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia
yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia
itu dan Soekarno pula yang menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja,
dia juga adalah seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang
menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung
Karno ini selalu bisa menggetarkan hati para pendengarnya saat
berpidato.
Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di
Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno
telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan
di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari
Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri
Soekarno diangkat, namun Soekarno menolaknya dan lebih memilih
pengobatan tradisional
2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak
muda, pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda
ini sudah dikenal sebagai aktivis dan organisatoris, hingga jadi seorang
negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
Mohammad Hatta |
Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya
pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri
dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Kemudian Ia mundur dari
jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan
Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil presiden, Hatta aktif
menulis dan berbagi ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat
beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12
Agustus 1902. Ia meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77
tahun. Setelah wafat, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator
kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang Bung
Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama dengan Bung
Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
Pahlawan Nasional.
3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta
Soedirman adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada
masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik
Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan
termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Jenderal Soedirman |
Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19
Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki
Yogyakarta. Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter
pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan
gerilya selama tujuh bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di Pulau
Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Soeharto.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun
1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman
lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan
meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.
4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang
Diponegoro di Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai
perang dengan korban paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima
tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utam di hampir seluruh
Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran
Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan
kerugian 20 juta gulden.
Pangeran Diponegoro |
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III,
raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November
1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal
dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden
Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi
Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.
5. Hasyim Asy'ari
Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama,
dimana organisasi ini merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di
Indonesia. Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan
sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie |
K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya,
Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia
15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain
Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo,
Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren
Kademangan di Bangkalan.
Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan
berguru pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib
Minangkabau, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said
Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki,
Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan
Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan
terpenting di Jawa pada abad 20. Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari
menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang
berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten
Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur,
25 Juli 1947 pada umur 72 tahun dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.
6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah
seorang ulama & khatib tersohor di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.
Kyai Haji Ahmad Dahlan (muhammadiyah.or.id) |
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5
tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan
pemikiran dan gagasan pembaharu dalam Islam, seperti Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan tinggal
selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad
Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.
Baca Juga : 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional
Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk
melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan
ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal sesuai
tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad
Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik
tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan
resistensi, dari keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam
tuduhan, fitnahan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ahmad
Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru yang melanggar agama Islam.
Ada yang mengecapnya sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam
tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam
di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk
anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di Yogyakarta, 1 Agustus
1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun.
7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara,
adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk
bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun
orang-orang Belanda.
Ki Hajar Dewantara |
Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan
Indonesia. Bahkan, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei
pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sampai saat ini
bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di
Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia
dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI,
Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
8. Bung Tomo
Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya
dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah
Belanda melalui tentara NICA yang berakhir dengan pertempuran 10
November 1945. Padat pertempuran tersebut Pejuang sekaligus tokoh
jurnalis asal Surabaya ini berhasil mengobarkan semangat juang rakyat
Indonesia dengan semboyan "Merdeka atau Mati" dalam pertempuran besar
melawan pasukan penjajah di Surabaya. Dimana peristiwa tersebut hingga
kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Bung Tomo |
Sutomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. ia meninggal di Padang Arafah,
Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun, ketika sedang menunaikan
ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji
yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa
kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam
Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima
perang dalam perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah
komando Pattimura, sejumlah kerajaan Nusantara seperti Ternate dan
Tidore bersatu menghadapi penjajah pada tahun 1817.
Kapitan Pattimura |
Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun
rakyat biasa. Dalam perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan
dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Sulawesi, Bali dan
Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda
dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri
Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk melawan
Pattimura.
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di
laut dan di darat dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para
penglimanya antara lain Anthoni Rebhok, Melchior Kesaulya, Ulupaha dan
Philip Latumahina. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda
tercatat salah satunya seperti perebutan benteng Belanda Duurstede dan
pertempuran di pantai Waisisil. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan
dengan tipu muslihat dan politik adu domba belanda. Pattimura dan para
tokoh pejuang akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon pada 16
Desember 1817.
Thomas Matulessy / Pattimura lahir di pulau Saparua, Maluku, 8 Juni
1783. Ia meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34
tahun. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan
dijadikan nama jalan, stadion dan universitas
10. Imam Bonjol
Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama yang
berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan
pemimpin masyarakat setempat, Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar,
yaitu Malin Basa, Peto Syarif dan Tuanku Imam. yang akhirnya lebih
dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
Tuanku Imam Bonjol |
Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri
di Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil
membuat penjajah kesulitan menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober
1837 Pihak belanda mengundang Tuanku Imam Bonjol ke Palupuh untuk
berunding. Namun setibanya di tempat perundingan Imam Bonjol langsung
ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke
Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya
pertempuran dan perlawanan Imam Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam
bentuk museum dan Monumen Imam Bonjol yang berlokasi di Bonjol,
Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera
Barat, pada tahun 1772. Ia meninggal dalam pengasingan dan dimakamkan di
Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864. Kini namanya pun dikenang
sebagai pahlawan nasional serta hadir dan disematkan di berbagai ruang
publik bangsa sebagai nama jalan, nama universitas, nama stadion, bahkan
pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001..
11. Kartini
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang
pahlawan nasional perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya
untuk memperjuangkan kesetaraan hak kaumnya dan dikenal sebagai pelopor
kebangkitan perempuan pribumi. meskipun RA Kartini sendiri merupakan
seorang perempuan ningrat namun memiliki pemikiran moderat
Raden Adjeng Kartini |
Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena
tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar
Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati
Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah
pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari
Jepara ke Rembang mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan
Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah
wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang,
atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah
tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh
keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan
surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di
Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama,
dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot
Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan
surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima
kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah,
21 April 1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
pada umur 25 tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada
21 April diperingati sebagai Hari Kartini.
12. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien / Tjut Njak Dhien merupakan salah seorang pahlawan
nasional perempuan dari Aceh. Dia ikut memimpin perlawanan rakyat
terhadap Belanda pada masa Perang Aceh, Setelah wilayah VI Mukim
diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga (suami
pertama) berjuang melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum
pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah
dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.
Cut Nyak Dhien |
Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda
melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi
karena Teuku Umar mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien
setuju untuk menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah
dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar berjuang bersama
melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899
saat menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok
Meulaboh bersama pasukan kecilnya.
Komentar
Posting Komentar